Ku Memimpikan Mempunyai Kebun Yang Luas

 
...:Sekedar Berbagi Ide dan Imajinasa… 

Di samping membaca buku-buku (offline) dan nonton film, dalam menggisi waktu luang dan senggaku diselah-selah bertani, aku hanya browser internet dan berselancar di dunia maya (online) untuk mengatasi kejenuhan dan mencari hiburan bagi tubuh dan jiwa yang lelah usai bekerja keras dan bergelut dengan rutinitas bertani di sawah. Terkadang aktifitas seperti ini memacu kita (ehheheheh… aku) untuk mengasah kemampuan diri agar menjadi petani yang “ideologis”. (aku tidak ingin berdiskusi dengan teman-teman mengenai hal itu dan mungkin bertanya-tanya kenapa tidak menjadi petani sejahtera atau petani makmur saja mungkin. Bagi aku hanya itu, petani ideologis bukan yang lain). ^_^


Bukan sombong nih yaah teman-teman, secara ekonomi untuk ukuran 200 juta (tidak termasuk para perampok uang negara atau koruptor) lebih penduduk Indonesia. Aku tidak miskin-miskin amat untuk menikmati kualitas hidup sederhana nan bersahajah, meskipun aku seorang petani (narsis dikit tidak apa-apa kan teman-taman) yang bergelut dengan sangkul, pacul, dan semacamnya yang merupakan perkakas keseharian petani di sawah. 

Siapa yang menduga, koq aku bisa seperti itu (kembali ke kampung halaman menjadi petani), dulu kuliannya di kampus swasta yang bohai dan bonavik di Jakarta. Gagal, kuliah lagi. Namun sayang gagal lagi. Menyedihkan kan! Tapi tak apa-apa, aku masih mempunyai harapan dan semangat untuk agar tidak larut dalam kesedihan dan putus asah yang mendorong aku untuk menyalahkan diri sendiri, bahkan menyalahkan Tuhan (karena takdir-Nya) atas segala kegagalan yang aku alami itu.

Meski gagal begitu, tidak perlu lah aku membenarkan apa yang dikatakan oleh Ivan Illich dan juga Paulo Freire mengenai pendidikan dunia yang kapitalistik (karena aku tidak mempunyai kemampuan untuk itu –membenarkannya–, atau mengkritik pemikirannya mereka itu). Freire dengan Pendidikan Kau Tertindas-nya mengatakan pendidikan untuk mereka (termasuk aku… ciehehehe aku) harus berintikan pembebasan kesadaran atau dialogika, memancing mereka untuk berdialog, membiarkan mereka mengucapkan sendiri perkataannya, mendorong mereka menamai dan dengan demikian mengubah dunia. 

Penekanan Freire pada filsafat manusia merupakan refleksi mendalam mengenai jalan pembebasan manusia menuju fitrah kemanusiaannya yang sejati, di tengah penjajahan masa kini yakni penjajahan kesadaran. Juga berbagai refleksi mendalam Freire tentang pedagogi dalam Pedagogi Hati (Pedagogy of the Heart) dan juga Pedagogi Pengharapan (Pedagogy of Hope). Sedangkan Illich menyoroti betapa mahalnya pendidikan di suatu negeri yang tidak mampu menghilangkan jurang kemiskinan. Juga membongkar kurikulum tersembunyi di sekolah dan universitas yang mematikan jiwa dan kesadaran manusia.

Kegagalan kuliah aku tidak ada hubungannya (atau barang kali ada mungkin, tapi aku tidak tahu) dengan berbagai teori yang Freire dan Illich kemukakan. Kegagalanku tersebut adalah semua kesalahan aku sendiri. Dan juga Tuhan belum berkehendak untuk menjadikan aku seorang sarjana formal yang bertitel. Sehingga aku cukup puas dan bersyukur menjadi petani. Iyah, petani “ideologis” bukan yang lain. Bersyukur kepada Sang Penentu hidup dan kehidupan –Illahi–, itulah kata-kata yang tepat dan juga cara bijaksana untuk bersikap dalam menghadapi hidup dan kehidupanku ini.

Dalam mensyukuri nikmat hidup dan kehidupan yang dianugerahi Allah Swt., ini kepadaku untuk menjadi petani sederhana nan bersahajah, meski pun untuk itu kadang-kadang tetap susah juga. Aku (teman-teman juga bisa koq) mempunyai angan-angan atau mimpi untuk mempunyai kebun yang luas. Iyah, kebun. Sederhanakan mimpinya, tidak muluk-muluk. Hanya ingin mempunyai sebidang kebun yang luas untuk aku tanami dengan pohon-pohon cantik dan cinta. Ehh ehh salah… bukan pohon cinta, tapi pohon-pohon nabatin yang cantik-cantik. ^_^ Iyah pohon-pohon dan tanaman nabatin yang berguna bagi hidup dan kehidupan tentunya juga bisnis pembudidayaan hasil pertanian.

Tanpa aku menyebutkan bahwa Allah Swt., Tuhan Yang Maha Pemurah telah menyediakan sumber-sumber alam berupa kekayaan nabatin yang melimpah disekitar kita. Sehingga kita sebagai manusia, sudah semestinya memamfaatkan sumber-sumber kekayaan yang ada di alam untuk kesejahteraan kita. Selain itu sumber-sumber nabatin ini mengandung komponen dasar untuk sumber pangan, sandang dan industri (plasma nutfam bagi dunia farmasi, khususnya untuk kepentingan obat-obatan). 

Nah aku (teman-teman juga bisa koq, sudah yaach aku bilang diatas) mempunyai mimpi seperti itu. Sangat idealis kan teman-teman. ^_^ apa pula idealis itu, aku tidak peduli ahhahahehe. Menurut teman-teman, pragmatis (karena menyangkut mimpi bisnis ambisius) juga tidak apa-apa lah. ^_^ meski kedengarannya ambisius, yang pasti bisnis ini tidak akan menimbulkan resistensi dan perlawanan dari masyarakat karena tidak merusak lingkungan serta sumber pencaharian hidup dan kehidupan masyarakat seperti yang dikatakan dalam infestasinnya di itu…itu…itu… Ah teman-teman tahu lah itu, sudah berdarah-darah kan itu. ^_^

Di Bima ini, kalau kita mempunyai uang Rp 1 M atau Rp 2 M saja sudah mendapatkan kebun seluas dua sampai tiga hektar. Tentunya dengan memperhatikan posisi dan letak geografis kebun yang ingin kita beli. Bahkan dengan uang sebesar itu kita bisa mendapatkan kebun yang jauh lebih luas lagi. Teman-teman seru kan, kita mempunyai kebun yang luas untuk kita tanami tanaman nabatin yang cantik-cantik. Wah-wah, keeren bangat teman-teman. ^_^

Berniat ingin mencari investor (ayoo cari saja teman-teman, asal bukan dari hasil uang korupsinya para koruptor. Nanti malah menjadi tempat pencucian uang -money loundry- mereka) untuk berinfestasi pada rencana bisnis pengelolaan kebun yang luas kita. Kalau aku sendiri sih, biarkan ini menjadi “mimpi” saja yang entah kapan waktunya aku bisa realisasikan.*@%$Rp#!?

Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tulis mengenai mimpi ingin mempunyai kebun yang luas ini, terutama jenis-jenis tumbuhan nabatin apa yang mau aku tanam serta kegunaannya bagi hidup dan kehidupan manusia, juga analisa dan skala bisnisnya. Cuman aku takut jadi kemana-mana (tulisannyaku, lain kali saja aku tulis jenis-jenis tumbuhan nabatinnya) dan pada akhirnya tidak jelas apa yang ditulis. Lagi pula ini hanya mimpi disaat tubuh dan jiwa yang lelah dalam bertani ria. Taho wa’ura tunti ake… kapan-kapan lagi yaach teman-teman.

Sebagai tambahan dalam catatan ku memimpikan mempunyai kebun yang luas ini. Dengarin dech lagu ini teman-teman;

Imagine there’s no heaven
It’s say easy if you try
John Lennon
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for to day ah ah…
Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die
For and no religion too
Imagine all the people
Living life in peace…
You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope some day you’ll join us
And the word will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brother hood of man
Imagine all the people
Sharing all the word…
You may say I’m a dreamer
But I’m not the onli one
I hope some day you’ll join us


*Imagine: John Lennon
**Tolong di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia donk teman-teman. Maklum, bahasa Inggris aku payah… ^_^

E-mail: am_rullah2000@yahoo.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda. Kami akan menjawabnya dalam waktu dektat. Salam Tani

Copyright © Permata Bima - Blogger Theme by BloggerThemes